Kenapa cerita ini harus saya sampaikan? Karena untuk pembelajaran saja. Pembelajaran bahwa kebaikan harus disebarkan agar menular. Wong orang-orang berbuat aib dan kejelekan saja kadang bangga disebarkan hehehe.
Ceritanya tadi siang saat akan membeli kipas angin tetiba aku melihat seorang bapak menuntun sepeda motor bututnya.Melihat itu hatiku terenyuh. Ingatanku kembali ke memori puluhan tahun lalu ketika aku SD. Saat itu bapak membawaku pergi ke rumah saudara untuk meminjam uang mungkin. Karena saat itu kondisi keluarga kami sedang terpuruk. Bapak nganggur lumayan lama setelah tidak bekerja lagi di salah satu BUMN.
Lha kok sampai sana saudara kami tidak ada di rumah. Bapak sepertinya termenung agak lama dan menunggu di teras sekitar 1 jam. Karena yang ditunggu tidak datang juga akhirnya saya dan bapak pulang.
Dalam perjalanan pulang, suasana begitu hening. Tidak ada obrolan yang muncul di antara kami. Hanya suara dengung mesin motor tua yang menjadi pengiring langkah kami. Saya masih ingat betapa aku merasa kecil dan tak berdaya, melihat air mata yang menggenang di mata bapak, yang dengan sekuat tenaga berusaha untuk tidak menangis di depan anaknya. Itu adalah pertama kali aku menyadari betapa beratnya beban yang dipikul oleh bapak.
Kembali ke masa kini, aku melihat bapak yang menuntun motor bututnya itu. Apakah dia juga sedang mengalami kesulitan yang sama seperti yang pernah bapak alami? Tanpa pikir panjang, aku menghampirinya dan bertanya apakah ada yang bisa aku bantu. Bapak itu tampak terkejut, lalu dengan ragu dia menjawab bahwa motor tua miliknya mogok dan dia tidak punya cukup uang untuk membawanya ke bengkel.
Dengan spontan, aku menawarkan untuk membantu mendorong motor tersebut ke bengkel terdekat. Bapak itu tampak ragu pada awalnya, namun setelah aku meyakinkannya bahwa aku benar-benar ingin membantu, dia akhirnya mengangguk dengan terima kasih.
Kami berdua mendorong motor tua itu, melintasi beberapa blok, sambil sesekali berbincang. Bapak itu bercerita tentang dirinya yang baru saja kehilangan pekerjaan dan kesulitannya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Aku mendengarkan dengan seksama, ingatan tentang masa-masa sulit keluargaku sendiri kembali memenuhi pikiranku.
Setelah beberapa waktu, kami tiba di bengkel. Aku membayar biaya perbaikan dan melihat kelegaan di wajah bapak itu yang tidak terhingga. Dia berterima kasih berkali-kali, dan aku hanya tersenyum, mengatakan bahwa aku mengerti situasinya. Sebelum kami berpisah, bapak itu memberiku doa dan harapan bahwa kebaikan yang aku berikan akan kembali padaku.
Perjalanan pulangku terasa lebih ringan. Ada sesuatu yang hangat di dalam hatiku, sebuah rasa puas yang datang dari melakukan sesuatu yang benar dan baik. Aku menyadari bahwa kebaikan memang harus disebarkan, sekecil apa pun itu. Aku mulai berpikir tentang banyaknya kebaikan yang tidak terlihat yang dilakukan orang-orang setiap hari, tanpa harapan balasan.
Dalam seminggu berikutnya, aku mulai lebih sering menawarkan bantuan pada orang-orang di sekitarku. Entah itu membantu seorang ibu mengangkat keranjang belanjanya, memberikan tempat dudukku di bus untuk orang yang lebih tua, atau sekadar memberikan senyuman kepada orang yang tampak seperti membutuhkannya.
Kejadian itu juga membuatku lebih peka terhadap keadaan orang lain di sekitarku. Aku menjadi lebih sadar bahwa setiap orang yang kita temui sedang berjuang dengan pertarungan mereka sendiri, yang mungkin kita tidak tahu. Dan mungkin, dengan sedikit kebaikan yang kita berikan, kita bisa membuat beban mereka sedikit lebih ringan.
Tidak lama setelah itu, aku mendengar kabar dari bapak yang aku bantu itu. Dia mendapatkan pekerjaan baru dan kondisi keuangannya mulai membaik. Dia mengirimkan pesan terima kasih kepada aku, mengatakan bahwa pertolonganku waktu itu memberinya kekuatan untuk terus mencoba dan tidak menyerah.
Kisah ini mungkin hanya salah satu dari jutaan kisah kebaikan di dunia. Tapi bagi aku, ini adalah pengingat bahwa setiap tindakan kebaikan, tidak peduli seberapa kecil, adalah penting. Ini adalah pelajaran bahwa kebaikan harus terus disebarkan, karena dunia ini membutuhkannya. Tidak hanya untuk mereka yang menerima kebaikan tersebut, tetapi juga untuk kita sendiri. Keindahan dari memberi tanpa mengharapkan kembali, adalah pelajaran yang berharga yang akan selalu aku ingat.
Dan sekarang, aku menulis cerita ini, bukan hanya sebagai pengingat bagi diri sendiri, tetapi sebagai pesan untuk semua yang membacanya: sebarkanlah kebaikan. Kita tidak pernah tahu seberapa jauh dampak kecil yang kita berikan, dan betapa banyaknya cinta dan harapan yang kita tebar dapat kembali kepada kita, dalam bentuk dan waktu yang tidak kita duga. Cerita ini adalah bukti hidup itu, dan alasan mengapa saya harus menceritakannya.